Sinyal kuat pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi makin gamblang terbaca. Beban subsidi BBM yang disebut telah mencapai ratusan triliun rupiah kini membuat APBN kelimpungan. Pemerintah berdalih dengan beragam argumen bahwa tidak bisa tidak mereka harus mengurangi jumlah subsidi yang berkonsekuensi pada kenaikan harga BBM. Mereka menyiapkan sejumlah skenario agar kenaikan harga BBM ini tidak memukul keras masyarakat lapisan bawah.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah Redjalam memberikan pandangan lain mengenai masalah beban subsidi yang meningkat. Menurut dia, ketimbang menaikkan harga BBM bersubsidi pemerintah lebih baik memilih jalan tengah dengan menghadirkan BBM jenis lain. “Opsi paling sederhana adalah biarkan saja beban subsidi naik. Misalkan sampai Rp700 triliun. Defisit APBN akan melebar, tetapi pemerintah kan masih punya payung UU Nomor 2 tahun 2020 yang membolehkan defisit APBN di atas 3 persen. Kapan perlu ketentuan ini diperpanjang pada tahun 2023 dengan pertimbangan pandemi yang belum berakhir dan gejolak global, kondisinya masih belum normal sehingga masih membutuhkan insentif fiskal,” jelasnya.
Opsi untuk menaikkan harga BBM bersubsidi menurut Piter bukanlah langkah yang tepat. Sebab meskipun misalnya gaung pemerintah yang menyebut BBM bersubsidi itu dinikmati kalangan atas, namun menurut Piter secara tidak langsung hal itu juga berdampak terhadap kalangan lapis bahwa. Hal ini mengingat peran BBM yang dapat mempengaruhi harga kebutuhan pokok lainnya. (https://asumsi.co/post/13559/ada-opsi-lain-ketimbang-naikkan-harga-bbm)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menanggapi kenaikan harga jual BBM bersubsidi. Menurut dia, sebenarnya masih banyak opsi yang bisa diambil jika ingin menyelamatkan fiskal. Kenaikan harga BBM sekarang kata dia sangat berdampak khususnya bagi pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM). Yang jelas, banyak cara kreatif lain yang bisa diambil selain menaikkan harga BBM. Cara lain dengan penundaan untuk beberapa proyek infrastruktur. “Kemarin ada dana Pemda yang belum cair, penggunannya cukup besar sampai menyentuh Rp 200 triliun. Itu geser dulu untuk subsidi energi. Bisa juga negosiasi utang untuk keringanan pembayaran bunga kepada kreditur. Jadi, masih banyak opsi,” tambahnya. (https://www.republika.co.id/berita/rh88be349/pemerintah-naikkan-harga-bbm-pengamat-sebenarnya-masih-banyak-opsi)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus